PERTUMBUHAN PENDUDUDK INDONESIA
PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN TINGKAT PENDIDIKAN
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di
suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya.
Misalnya pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun 1995 ke tahun 2000 adalah
perubahan jumlah penduduk Indonesia dari tahun 1995 sampai 2000.
Selain merupakan sasaran pembangunan, penduduk juga
merupakan pelaku pembangunan. Maka kualitas penduduk yang tinggi akan lebih
menunjang laju pembangunan ekonomi. Usaha yang dapat dilakukan adalah
meningkatkan kualitas penduduk melalui fasilitas pendidikan, perluasan lapangan
pekerjaan dan penundaan usia kawin pertama.
Pertambahan penduduk yang cepat, lepas daripada pengaruhnya
terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan, cenderung untuk menghambat
perimbangan pendidikan. Kekurangan fasilitas pendidikan menghambat program
persamaan/perimbangan antara laki-laki dan wanita, pedesaan dan kota, dan
antara bagian masyarakat yang kaya dan miskin.
Pengaruh daripada dinamika penduduk terhadap pendidikan juga
dirasakan pada keluarga. Penelitian yang dilakukan pada beberapa negara dengan
latar belakang budaya yang berlainan menunjukkan bahwa jika digabungkan dengan
kemiskinan, keluarga dengan jumlah anak banyak dan jarak kehamilan yang dekat,
menghambat perkembangan berfikir anak-anak, berbicara dan kemauannya, di
samping kesehatan dan perkembangan fisiknya. Kesulitan orang tua dalam
membiayai anak-anak yang banyak, lebih mempersulit masalah ini.
Pertambahan penduduk yang cepat menghambat program-program
perluasan pendidikan, juga mengarah pada aptisme di dunia yang kesulitan untuk
mengatasinya.
Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan
kemampuan yang dikembangkan (UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal I ayat 8)
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal,
dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Jenjang pendidikan
formal terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Sebagai persiapan untuk memasuki pendidikan dasar
diselenggarakan kelompok belajar yang disebut pendidikan prasekolah. Pendidikan
prasekolah belum termasuk jenjang pendidikan formal, tetapi baru merupakan
kelompok sepermainan yang menjembatani anak antara kehidupannya dalam keluarga
dengan sekolah. sekolah wajib di lakukan
selama 12 tahun yauitu SD , SMP DAN SMA/SMK
Tingkat Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal
dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan menengah. Oleh karena itu pendidikan dasar
menyediakan kesempatan bagi seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan
yang bersifat dasar yang berbentuk Sekolah Dasar (SD) atau bentuk lain yang
sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau bentuk lain yang sederajat
Tingkat Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahun sesudah
pendidikan dasar, di selenggarakan di SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) atau
satuan pendidikan yang sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah
berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dalam hubungan ke
atas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun
memasuki lapangan kerja.
Tingkat Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan
pendidikan menengah, yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik untuk
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau
profesional yang yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian
PERTUMBUAHAN PENDUDUK DAN PENYAKIT YANG BERKAITAN DENGAN LINGKUNGAN HIDUP
Dalam dalam masalah ini maka penduduk tidak aka jauh dengan
masalah
kesehatan atau
penyakit yang melanda penduduk
tersebut,dikarenakan lingkungan yang kurang terawat ataupun
pemukiman yang kumuh,seperti
limbah pabrik,selokan yang tidak terawat yang menyebabkan
segala penyakit akan melanda para
penghuni wilayah tersebut yang mengakibatkan kematian dan
terjadi pengurangan jumlah
penduduk.
Untuk menjamin kesehatan bagi
semua orang di lingkunan yang sehat, perlu jauh lebih banyak
daripada hanya penggunaan
teknologi medikal, atau usaha sendiri dalam semua sektor kesehatan.
Usaha-usaha secara terintegrasi
dari semua sektor, termasuk
organisasi-organisasi, individu-
individu, dan masyarakat,
diperlukan untuk pengembangan pembangunan sosio-ekonomi yang
berkelanjutan dan manusiawi,
menjamin dasar lingkungan hidup dalam menyelesaikan masalah-
masalah kesehatan.
Seperti semua makhluk hidup,
manusia juga bergantung pada lingkungannya untuk memenuhi
keperluan-keperluan kesehatan dan
kelangsungan hidup.
Kesehatanlah yang rugi apabila
lingkungan tidak lagi memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia
akan makanan, air, sanitasi, dan
tempat perlindungan yang cukup dan aman- karena kurangnya
sumber-sumber atau distribusi
yang tidak merata.
Kesehatanlah yang rugi apabila
orang-orang menghadapi unsur-unsur lingkungan yang tidak
ramah- seperti binatang-binatang
mikro, bahan-bahan beracun, musuh bersenjata atau supir-supir
yang mabuk.
Kesehatan manusia adalah
keperluan dasar untuk pembangunan berkelanjutan. Tanpa kesehatan,
manusia tidak dapat membangun apa
pun, tidak dapat menentang kemiskinan, atau melestarikan
lingkungan hidupnya. Sebaliknya,
pelestarian lingkungan hidup merupakan hal pokok untuk
kesejahteraan manusia
dan proses pembangunan. Lingkungan
yang sehat menghasilkan
masyarakat yang sehat, sebaliknya
lingkungan yang tidak sehat menyebabkan banyak penyakit
Kemampuan manusia untuk mengubah
atau memoditifikasi kualitas lingkungannya tergantung
sekali pada taraf sosial
budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya mampu membuka
hutan secukupnya untuk memberi
perlindungan pada masyarakat. Sebaliknya, masyarakat yang
sudah maju sosial budayanya dapat
mengubah lingkungan hidup sampai taraf yang irreversible.
Prilaku masyarakat ini menentukan
gaya hidup tersendiri yang akan menciptakan lingkungan
yang sesuai dengan yang diinginkannya
mengakibatkan
timbulnya
penyakit
juga
sesuai
dengan prilakunya tadi. Dengan
demikian eratlah hubungan antara kesehatan dengan sumber
daya social ekonomi. WHO
menyatakan “Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh
secara fisik, mental dan sosial
serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit”.Dalam Undang
Undang No. 9 Tahun 1960 tentang
Pokok-Pokok Kesehatan. Dalam Bab 1,Pasal 2 dinyatakan
bahwa “Kesehatan adalah meliputi
kesehatan badan (somatik),rohani (jiwa) dan sosial dan bukan
hanya deadaan yang bebas dari
penyakit, cacat dan kelemahan”. Definisi ini memberi arti yang
sangat luas pada kata kesehatan.
Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan
hal yang perlu
mendapaat perhatian, karena menyebabkan status
kesehatan masyarakat
berubah seperti: Peledakan
penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan sampah,pembuangan
air limbah penggunaan
pestisida,
masalah
gizi,
masalah
pemukiman,
pelayanan kesehatan,
ketersediaan obat, populasi
udara,
abrasi
pantai,penggundulan
hutan
dan
banyak
lagi
permasalahan yang dapat menimbulkan
satu
model penyakit.
Jumlah penduduk
yang sangat besar
19.000 juta
harus benar-benar ditangani masalah
pemukiman sangat penting
diperhatikan. Pada saat ini pembangunan di sektor perumahan sangat
berkembang, karena kebutuhan yang
utama bagi masyarakat. Perumahan juga harus memenuhi
syarat bagi kesehatan
baik
ditinjau
dari
segi
bangungan,
drainase,
pengadaan
air
bersih,
pentagonal sampah domestik uang
dapat menimbulkan penyakit infeksi dan ventilasi untuk
pembangunan asap dapur. Indonesia
saat ini mengalami transisi dapat terlihat dari perombakan
struktur ekonomi menuju ekonomi
industri, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang
meningkatkan jumlahnya, maka berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti penurunan
angka kematian ibu, meningkatnya
angka harapan hidup ( 63 tahun ) dan status gizi. Jumlah
penduduk terus bertambah,
cara
bercocok
tanam
tradisional
tidak lagi dapat memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat.
Dengan kemampuan daya pikir manusia, maka manusia mulai
menemukan mesin-mesin yang dapat bekerja lebih
cepat dan efisien si dari tenaga manusia
PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN KELAPARAN
Hasil proyeksi menunjukan bahwa
jumlah penduduk indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus
meningkat, yaitu dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 273,2juta
pada tahun 2025. Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun
penduduk indonesia selama periode 2000-2025 menunjukan
kecenderungan terus menurun. Dalam dekade 1990-2000, penduduk
indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun.
Kemudian pada periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun
menjadi 1,34 persen dan 0,92 persen per
tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran
dan kematian, namun penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada penurunan
karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk
pada awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi,
sedangkan Crude Death Rate (CDR) tetap sebesar 7 per 1000 penduduk dalam kurun
waktu yang sama.
Kekurangan gizi dan angka
kematian anak meningkat di sejumlah kawasan yang paling buruk di Asia dan
Pasifik. kendati ada usaha internasional untuk menurunkan keadaan itu. kata
sebuah laporan badan kesehatan PBB.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menegaskan bahwa sasaran kesehatan yang ditetapkan berdasarkan tujuan Pembangunan Milenium PBB tahun 2000 tidak akan tercapai pada tahun 2015 berdasarkan kecenderungan sekarang.
Sejauh ini bukti menunjukan bahwa kendati ada beberapa kemajuan di banyak negara khususnya yang paling miskin tetap ketinggalan dalam kesehatan. "kata dirjen WHO Lee Jong Wook dalam laporan itu"
Antara tahun 1990 dan 2002, data yang paling akhir jumlah orang yang kekurangan makanan meningkat 34 juta di indonesia dan 15 juta di surabaya dan 47 juta orang di asia timur. kata laporan tersebut.
Proporsi anak berusia lima tahun ke bawah yang berat badannya terlalu ringan di surabaya, tenggara dan timur meningkat 6 sampai 9 persen antara tahun 1990 dan 2003, sementara hampir tidak berubah (32 persen)
Lebih dari separuh aak-anak di asia selatan kekurangan gizi, sementara rata-rata di negara-negara berkembang tahun 2003 tetap sepertiganya.
"Meningkatnya pertambahan penduduk dan produktivitas pertanian yang rendah merupakan alasan utama kekurangan pangan di kawasan-kawasan ini." kata laporan itu.
"Kelaparan cenderung terpusat di daerah-daerah pedesaan dikalangan penduduk yang tidak memiliki tanah atau para petani yang memiliki kapling yang sempit untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka." tambah dia
Tidak ada satupun negara-negara miskin dapat memenuhi tantangan mengurangi tingkat kematian anak.
Kematian bayi meningkat tajam di Surabaya antara tahun 1999 dan 2003, yang menurut data terakhir yang diperoleh, dari 90 sampai 126 anak per 1.000 kelahiran hidup. Juga terjadi peningkatan tajam dari 38 menjadi 87 per 1.000 kelahiran hidup.
"Untuk sebagian besar negara kemajuan dalam mengurangi kematian anak juga akan berjalan lambat karena usaha-usaha mengurangi kekurangan gizi dan mengatasi diare, radang paru-paru, penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin dan malaria tidak memadai."
Berdasarkan kecenderungan sekarang, WHO memperkirakan pengurangan dalam angka kematian dikalangan anak berusia dibawah lima tahun antara tahun 1990 dan 2015 akan menjadi seperempat, kurang dari dua pertiga dari yang diusahakan.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menegaskan bahwa sasaran kesehatan yang ditetapkan berdasarkan tujuan Pembangunan Milenium PBB tahun 2000 tidak akan tercapai pada tahun 2015 berdasarkan kecenderungan sekarang.
Sejauh ini bukti menunjukan bahwa kendati ada beberapa kemajuan di banyak negara khususnya yang paling miskin tetap ketinggalan dalam kesehatan. "kata dirjen WHO Lee Jong Wook dalam laporan itu"
Antara tahun 1990 dan 2002, data yang paling akhir jumlah orang yang kekurangan makanan meningkat 34 juta di indonesia dan 15 juta di surabaya dan 47 juta orang di asia timur. kata laporan tersebut.
Proporsi anak berusia lima tahun ke bawah yang berat badannya terlalu ringan di surabaya, tenggara dan timur meningkat 6 sampai 9 persen antara tahun 1990 dan 2003, sementara hampir tidak berubah (32 persen)
Lebih dari separuh aak-anak di asia selatan kekurangan gizi, sementara rata-rata di negara-negara berkembang tahun 2003 tetap sepertiganya.
"Meningkatnya pertambahan penduduk dan produktivitas pertanian yang rendah merupakan alasan utama kekurangan pangan di kawasan-kawasan ini." kata laporan itu.
"Kelaparan cenderung terpusat di daerah-daerah pedesaan dikalangan penduduk yang tidak memiliki tanah atau para petani yang memiliki kapling yang sempit untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka." tambah dia
Tidak ada satupun negara-negara miskin dapat memenuhi tantangan mengurangi tingkat kematian anak.
Kematian bayi meningkat tajam di Surabaya antara tahun 1999 dan 2003, yang menurut data terakhir yang diperoleh, dari 90 sampai 126 anak per 1.000 kelahiran hidup. Juga terjadi peningkatan tajam dari 38 menjadi 87 per 1.000 kelahiran hidup.
"Untuk sebagian besar negara kemajuan dalam mengurangi kematian anak juga akan berjalan lambat karena usaha-usaha mengurangi kekurangan gizi dan mengatasi diare, radang paru-paru, penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin dan malaria tidak memadai."
Berdasarkan kecenderungan sekarang, WHO memperkirakan pengurangan dalam angka kematian dikalangan anak berusia dibawah lima tahun antara tahun 1990 dan 2015 akan menjadi seperempat, kurang dari dua pertiga dari yang diusahakan.
REFRENSI:
https://www.youtube.com/watch?v=JQsL8eeSG34&t=132s
Komentar
Posting Komentar